Bappenas Logo Australian Government Logo

Climate Spotlight: Fertiliser

Pupuk

Climate Spotlight

Mendapatkan dosis yang tepat untuk tanaman dan planet 

Pupuk kimia dari Indonesia saja menyumbang 1,9 persen dari emisi pertanian global. Beralih ke penggunaan pupuk kimia, organik, dan organik berbasis mineral secara seimbang dapat menghasilkan lebih sedikit emisi sambil tetap menyediakan nutrisi penting bagi tanaman dan peningkatan produktivitas yang dibutuhkan petani kecil. Dengan hanya 5 persen petani di Indonesia yang menggunakan pupuk berbasis mineral organik, ada potensi pertumbuhan yang signifikan.

Pupuk dari bumi

Bapak Eddyko, Direktur PT Agrotama Tunas Sarana, dalam konferensi pers, Inovasi Agrobisnis melalui Pertanian Cerdas Iklim

Kami ingin yang terbaik untuk petani.  - Eddyko, Direktur PT Agrotama Tunas Sarana

Saat ini, hanya sekitar 5 persen dari 28 juta petani kecil di Indonesia yang menggunakan pupuk berbasis mineral organik, yang menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat besar.

Pupuk berbahan dasar mineral organik diproduksi dari endapan mineral yang terbentuk secara alami. Pupuk ini umumnya mengandung nutrisi tanaman dengan konsentrasi tinggi dan memiliki keunggulan dalam menghasilkan lebih sedikit nitro oksida daripada pupuk kimia.

Bisnis pertanian dapat memainkan peran penting dalam mengkomersialkan pupuk berbasis mineral organik dan mendorong praktik-praktik (melalui pemasaran yang berpusat pada pelanggan, edukasi berkelanjutan, dan penjangkauan yang inklusif) yang dapat mengurangi emisi dan meningkatkan produktivitas.

Ketika pupuk kimia mengenai tanah, mereka memiliki reaksi mikroba yang lebih cepat, menciptakan nitrogen oksida. Nitrogen oksida 300 kali lebih kuat dalam menghangatkan atmosfer dibandingkan karbon dioksida dan dapat bertahan di atmosfer selama 100 tahun. Reaksi mikroba untuk pupuk mineral organik jauh lebih lambat daripada pupuk kimia.

Sekitar 70 persen lahan pertanian di Indonesia berada dalam kondisi rusak atau tidak sehat, terutama karena ketergantungan petani pada pupuk kimia.

Pertanian gelombang baru

Pak Antok telah menggunakan pupuk dari PT  Agrotama Tunas Sarana (ATS)  sejak tahun 2021 untuk tanaman bawang merah, jagung, dan cabai di ladangnya di Kecamatan Plemahan, Kediri.

Petani Kami bertujuan untuk mendorong pertanian berkelanjutan untuk memastikan bahwa tanaman tidak rusak, tetap sehat, dan menjadi lebih subur.

PRISMA bermitra dengan PT Agrotama Tunas Sarana (ATS), sebuah perusahaan pupuk berbasis mineral organik yang beroperasi di Medan, Sumatera Utara, dengan jaringan di seluruh Indonesia. ATS memasarkan pupuk berbasis mineral organik, seperti gipsum dan silika.

"Gipsum membantu mengurangi emisi nitrogen oksida, meningkatkan retensi karbon tanah, dan mengurangi erosi. Silika meningkatkan penggunaan air dan kinerja tanaman sekaligus meningkatkan produktivitas," jelas Eddyko.

"Namun demikian, mendorong petani untuk menggunakan produk-produk ini merupakan tantangan terbesar kami, terutama dalam mengubah kebiasaan lama dan pola pikir kaku yang telah berlangsung selama bertahun-tahun."

Kemitraan dengan PRISMA mendukung ATS dalam mengatasi tantangan perubahan perilaku.

ATS mengadopsi pendekatan yang berpusat pada pelanggan dan melatih staf lapangannya dalam bidang pemasaran dan hubungan pelanggan. Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan manfaat produk dengan lebih baik dengan cara yang masuk akal bagi petani pada pertemuan petani dan hari panen.

Para ahli agronomi ATS aktif di lapangan, membangun hubungan dengan distributor mereka (kios pertanian) dan dengan para petani champion mereka yang menjadi pemberi pengaruh di komunitas mereka.

Dampak kemitraan PRISMA dengan ATS

Dampak kemitraan PRISMA dengan ATS

Penggunaan produk GPS ATS (Gypblend, Polysulphate, Starsil) memperkuat tanaman saya dan meningkatkan pH tanah. 

Antok, seorang petani cabai, bawang merah, dan jagung dari Kediri, adalah salah satu champion ATS. Lahan Antok digunakan oleh ATS sebagai demplot untuk komunitasnya dan ia menerima pupuk gratis pada panen pertama. Antok telah menggunakan produk ATS selama 3 tahun terakhir.

ATS juga telah meningkatkan frekuensi interaksi dengan petani untuk mendukung pembelajaran yang berkelanjutan. ATS telah meningkatkan kegiatan promosi di Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi lebih dari 200 pertemuan petani, 24 pertemuan petani kunci, 43 kunjungan lapangan petani dan 5 hari panen. Setiap interaksi merupakan kesempatan untuk membangun kesadaran petani akan produk, merek, dan manfaatnya.

Hasilnya, lebih dari 11.000 petani telah mengurangi penggunaan pupuk kimia (9,16 kg pupuk berbasis N per petani atau berkurang 5 persen) dengan beralih ke pupuk berbasis mineral organik. Secara keseluruhan, 120 kg (total 1.320 ton) emisi CO2 telah berkurang.

Pemberi pengaruh mineral

Fatur, seorang pemilik toko pertanian, menyimpan stok pupuk berbasis mineral secara teratur.

Sejak diperkenalkannya pupuk berbasis mineral organik, produksi bawang merah di lahan Sunarsih meningkat sebesar 20 hingga 40%, menghasilkan panen 6 ton di musim kemarau dan 3,7 ton di musim hujan.

Bagi Ibu Sunarsih, seoarang petani bawang merah dan ibu dari dua anak yang berasal dari Kediri, Jawa Timur, ketertarikannya pada pupuk berbasis mineral organik berawal dari pertemuan petani dengan rekan-rekannya.

"Saya bertemu dengan petani perempuan dari desa lain yang lebih berpengalaman dalam membudidayakan bawang merah, dan saya belajar banyak dari mereka, termasuk penggunaan pupuk berbasis mineral organik. Pengetahuan ini telah saya sebarkan kepada petani lain," kata Sunarsih.

"Dulu saya hanya menggunakan pupuk kimia seperti Urea dan NPK, yang membuat tanah saya menjadi keras, dan saya bisa menghasilkan sekitar 5 ton dari lahan saya. Ketika musim hujan tiba, tanaman bawang merah saya juga lebih mudah terserang penyakit moler, dan saya pernah mengalami musim di mana saya hanya menghasilkan 2,5 ton dari lahan saya," jelas Ibu Sunarsih.

Dalam 5 tahun ke depan, ATS percaya bahwa generasi petani yang lebih muda akan mempengaruhi industri pertanian.

"Generasi milenial menerima ide-ide dan inovasi baru. Kami ingin menyasar mereka dengan produk kami - mereka memiliki potensi yang besar," kata Eddyko, Direktur ATS.

ATS secara aktif melakukan transformasi digital di seluruh bisnisnya, dimulai dengan pemasaran digital dan peningkatan produksi video untuk menjangkau audiens yang lebih muda di media sosial.

Learn more

Penjelasan tentang pupuk

Kabar Lain

Studi Agrikiosk: Meningkatkan Produktivitas Melalui Solusi Digital

Penilaian dampak efektivitas layanan konsultasi pertanian digital dan opsi pembiayaan digital untuk kios pertanian
Baca

Siaran Langsung: Merajut Pertanian Masa Depan

Merayakan 11 Tahun Perjalana PRISMA Mengembangkan Ekosistem Pertanian menuju Indonesia Emas 2045

Baca

Liputan Berita: Pertanian Cerdas Iklim

Inovasi Agrobisnis untuk Perubahan Iklim
Baca

Studi Kasus: Pertanian Cerdas Iklim

Mewujudkan Pertanian Padi Tahan Iklim: Mengatasi Tantangan Adopsi Varietas Unggul di Indonesia

Baca

Studi Kasus: Pertanian Cerdas Iklim   

Meningkatkan Resiliensi dan Produktivitas melalui Varietas Jagung Cerdas Iklim di Iklim Kering

Baca

Emission Control Block untuk Sapi

Meningkatkan Produktivitas dan Mengurangi Emisi dari Industri Peternakan Sapi di Indonesia

Baca

Liputan Berita: Mendorong Inklusi dalam Agrobisnis Indonesia

Agribusinesses and people with disabilities share their experience

Baca

GEDSI Spotlight: Jadi ‘Mapan’ di Tangan Perempuan

Penangkar benih padi memperbarui strategi penjualan dan pemasaran untuk menjangkau lebih banyak petani perempuan

Baca

Peluncuran kampanye: Petani Maju

Kampanye untuk menumbuhkan petani produktif serta masyarakat berdaya

Baca

Rilis media: Penguatan peran perempuan di sektor pertanian

Peluang bisnis bagi pelaku usaha
Baca