Perubahan iklim makin berdampak pada para petani di Nusa Tenggara Timur yang memang beriklim kering. Kebanyakan petani bergantung pada pertanian tadah hujan sehingga membuat mereka makin rentan terhadap fluktuasi curah hujan. BMKG dan pemerintah daerah menekankan perlunya upaya adaptasi dan mitigasi dari masyarakat.
Jagung adalah tanaman pangan pokok lokal yang penting untuk konsumsi dan pakan ternak. Kebanyakan petani menanam jagung setahun sekali menggunakan varietas lokal dengan produktivitas rendah (sekitar 1 ton/Ha). Hal ini menimbulkan stok yang tidak cukup untuk kebutuhan sepanjang tahun yang mendorong petani membeli jagung pada musim paceklik. Harga jagung bisa naik dua kali atau bahkan tiga kali lipat pada jangka waktu ini.
Balai Penelitian Tanaman Serealia Kementerian Pertanian telah merilis varietas jagung bersari bebas atau open-pollinated varieties (OPV) dengan produktivitas tinggi seperti Lamuru dan Jakarin yang adaptif terhadap iklim kering. Jika digunakan secara luas, varietas-varietas tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan resiliensi petani di daerah secara signifikan.
Bekerja sama dengan lembaga-lembaga di tingkat daerah, Kementerian Pertanian telah memperkenalkan OPV jagung berproduksi tinggi seperti Lamuru dan Jakarin ini untuk memberi manfaat bagi para petani melalui berbagai macam program subsidi. Namun, rintangan yang signifikan muncul karena benih kehilangan karakteristik produktivitas tingginya ketika disimpan dan ditanam ulang. Hal ini mengharuskan pembaharuan secara berkala menggunakan benih bersertifikat, yang menjadi tantangan bagi penggunaan varietas ini secara luas.
Walaupun mengetahui manfaat varietas bersari bebas dengan produktivitas tinggi ini, para petani hanya dapat menunggu alokasi program selanjutnya untuk mendapatkan benih baru karena benih hanya tersedia melalui program subsidi pemerintah. Alokasi program subsidi bervariasi setiap tahun dan tidak dapat menjangkau seluruh petani.