"Jika kita menanam padi Mapan (varietas padi unggulan), seakan-akan kita menjadi petani yang santai," kata Ibu Narto
Mapan adalah varietan benih padi hibrida unggulan yang membutuhkan lebih sedikit air dan pupuk dibandingkan dengan varietas lokal (benih dari penanaman sebelumnya) dan waktu perawatannya lebih singkat. Varietas Mapan juga menghasilkan bulir padi lebih banyak daripada varietas yang bukan unggulan. Nasi yang dihasilkan juga lebih pulen dan lebih harum jika dibandingkan benih sisa panen, serta ukuran berasnya sedang, yang mana digemari oleh orang Indonesia.
Sejak menggunakan Mapan, hasil panen Ibu Narto meningkat hingga 31 persen. Dari sebelumnya 7,5 ton per hektar kini mencapai 10,5 ton. Hal ini tentu sangat menguntungkan Ibu Narto.
Dengan kondisi merawat cucu yang berusia 8 bulan serta mengurus beberapa usaha kecil yang dijalankan, menjadikan waktu hal yang sangat berharga baginya.
"Batangnya lebih tebal jadi tikus tidak kuat menggigit, dan daunnya lebih tinggi jadi benihnya terlindungi dari burung. Sangat menghemat waktu," jelasnya.
Ibu Narto tinggal di kawasan dataran rendah Jawa Tengah, tepatnya di desa kecil bernama Ngelo. Desa ini berjarak satu jam perjalanan dari Solo dan dapat diakses melalui jalan yang kerap rusak akibat musim hujan. Hanya tersisa sedikit aspal berdebu di kedua sisinya. Di sepanjang jalan terdapat petak-petak kecil sawah milik petani-petani kecil setempat.
Dengan lahan yang terbatas, Ibu Narto berkeinginan memaksimalkan keuntungan untuk dirinya dan keluarganya.