Perubahan iklim memiliki risiko terhadap produktivitas beras yang dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Kenaikan suhu sebesar 1°C dapat menyebabkan penurunan hasil panen padi sawah beririgasi sebesar 11,1 persen dan dapat lebih rendah pada sawah tadah hujan yakni sebesar 14,4 persen. Salah satu cara mengatasi tantangan ini adalah dengan mendorong praktik pertanian cerdas iklim.
Pendekatan pertanian cerdas iklim secara umum mencakup peningkatan efisiensi irigasi untuk mengurangi pemborosan air, penerapan pupuk yang lebih seimbang untuk mengurangi emisi, dan penggunaan strategi perlindungan tanaman untuk meningkatkan hasil panen. Namun, pemilihan penggunaan varietas benih unggul baru dan berkualitas dapat memengaruhi seluruh aspek lainnya dalam budidaya padi. Varietas Benih Unggul baru dan berkualitas yang dimaksud membutuhkan lebih sedikit pupuk dan lebih sedikit air,serta memiliki hasil lebih tinggi.
Terlepas dari kelebihan varietas unggul baru dan berkualitas, petani padi Indonesia masih mengandalkan varietas benih padi lama dengan hasil rendah. Varietas ini seringkali rentan terhadap kekeringan dan serangan hama, dan hasil panen yang lebih rendah. Hal ini menghasilkan emisi lebih tinggi per ton beras, yang dihasilkan dari asumsi pupuk berbasis nitrogen digunakan dalam takaran yang sama.
Berdasarkan pengalaman PRISMA selama lima tahun bekerja di sektor padi, inefisiensi tersebut disebabkan oleh terbatasnya pasokan varietas unggul baru dan berkulitas serta kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai manfaat dari benih unggul baru berkualitas.